Selasa, 03 Februari 2015

PENAKLUKAN SPANYOL

Thoriq Bin Ziyad

Penaklukan Spanyol yang diawali pada 3 mei 711 M oleh seorang Panglima yang luar biasa yaitu Thoriq Bin Ziyad beserta 7000 pasukannya yang melewati selat yang membelah benua Afrika dan Eropa dengan armada kapal, patut kita jadikan suri tauladan.

Setelah Beliau mendaratkan armadanya maka dikumpulkanlah seluruh prajurit di sebuah bukit karang yang dinamai Gibraltar, disinilah Thoriq memerintahkan pasukannya untuk membakar seluruh armada kapal yang telah membawanya menyebrang selat Afrika-Eropa.


Dengan gagah berani Sang Panglima menyeru kepada pasukannya, wahai pasukanku kemana lagi kalian akan lari, dibelakang kalian adalah laut dan di depan kalian adalah musuh. Demi Allah, yang tersisa diantara kalian hanyalah kejujuran dan kesabaran untuk menghadapi musuh dengan persenjataan yang lengkap sedangkan senjata kalian hanyalah pedang.

Namun dengan strategi yang tak biasa itu memberi kemenangan tujuh ribu pasukan muslimin melawan seratus ribu pasukan Raja Roderic, Raja terakhir Hispania dari Bangsa Visigoth yang terkenal lalim dan sombong.

Terkadang harus dipaksa

Santai tidak perlu tegang, menjadi pemenang terkadang memang harus dipaksa, bayangkan saja armada yang telah sukses membawa pasukan harus dibakar sampai tak tersisa satupun, sehingga tidak ada pilihan bagi pasukan selain memenangkan pertempuran.

Terkadang untuk berhasil memang harus dipaksa, coba kita bernostalgia dengan masa kecil kita, terkadang orang tua harus memaksa kita untuk belajar, ngaji, atau bahkan makan sayur atau apalah. Tapi ketika itu menjadi kebiasaan bagi kita maka dengannya akan memaksa kita untuk menjadi seorang pemenang. Jadi pembaca yang mengikinkan perubahan ambil positifnya saja jangan melawan, dengarkan dan kerjakan jika itu baik dan diamkan jika itu tidak baik bagimu.

Bakar Kapalmu

Memiliki armada perang saat itu adalah simbol kemegahan dan kebanggaan, sehingga untuk mendarat di daratan Spanyol adalah misi yang sangat luar biasa, Thoriq Bin ziyad tidak ingin terlena dan mengagung-agungkan armadanya itu.

Pembaca yang menginginkan perubahan, jangan anda terlena dengan kesuksesan masa lalu, bakar kapal anda, Tapi bukan bakar rumah, buku, pakaian ya, tapi rasa gengsi, malu, takut, minder dan berani mengatakan saya bukan anak mami papi lagi, ups memang anak tetangga?  maksudnya itu tidak lagi segala-galanya mengandalkan papi mami, tapi menjadi pribadi yang mandiri.

Karena seandainya armada Thoriq Bin Ziyad masih ada bisa saja mental tempur mereka berkurang atau bahkan diantara mereka ada yang mundur atau bahkan takut menghadapi musuh.


Tinggalkan zona nyaman anda, zaman semakin kompleks dengan perubahan begitu cepat, anda harus berubah dan  bangkit dari tidur yang melenakan anda saat ini. Sekali lagi “Bakar Kapal Anda” berperanglah dengan kesatria dan mengatakan saya adalah pemenang. (dobol'S)